INSIGHT

Mengapa Tak Bernarasi dan Ber-Story Telling soal KUHP?

Oleh : Vaksiandra Nuryadi

13

Apr

Mengapa Tak Bernarasi dan Ber-Story Telling soal KUHP?

Kunci kesuksesan atas sebuah komunikasi adalah kepahaman audiens atas apa yang disampaikan oleh komunikan. Sebuah kebijakan atau peraturan pemerintah dan lembaga negara, dikatakan berhasil jika masyarakat paham atas kebijakan atau peraturan tersebut. Contoh praktisnya adalah KUHP yang akan disahkan oleh DPR.

Ekskalasi demonstrasi merebak di mana-mana, di kota-kota tempat perguruan tinggi itu ada. Mahasiswa kembali memotori gerakan, meneriakkan upaya restorasi peraturan perundangan yang meliputi berbagai aspek. Paling hangat soal revisi KUHP.

Mahasiswa bergerak menuju rumah-rumah rakyat. Entah level daerah atau nasional sekalian. Menuju DPRD atau DPR guna menyuarakan kegundahannya.

Tentu membawa maksud dan tujuan. Ada tuntutan di dalamnya, dan semuanya adalah hasil dari kepekaan jiwanya juga pandangan matanya atas persoalan di masyarakat dekatnya. Maka lalu muncul rumusan diskusi yang bermuara pada tuntutan.

Sang eksekutif dan legislatif menyanggah. Katanya, semua soal konten sudah didiskusikan, bahkan telah dikaji. Tinggal ditetapkan dan diundangkan.

Dua kutub ini (rakyat dan penguasa) tidak nyambung. Ada sesuatu yang tampaknya terlupakan.

Haris Anhar, Direktur Eksekutif Lokataru pada debat talkshow di sebuah televisi berita, mengendus ada persoalan dalam sosialisasi. Sosialisasi yang diperlukan melalui proses komunikasi yang lebih masal itu tak terjadi. Efeknya rakyat (termasuk mahasiswa) tersentak. Kemudian merespon dengan caranya.

Bahkan kebijakan sering diarahkan dengan cara top-down dengan sedikit ruang untuk input dan keterlibatan oleh orang-orang yang terkena dampak ini. Bahkan ketika ada ruang untuk keterlibatan publik, para pembuat kebijakan sering menggunakan persepsi dan asumsi mereka sendiri untuk menentukan “preferensi” pemangku kepentingan pada masalah yang diberikan.

Sebuah kebijakan adalah produk dari proses intelektualitas.  Sadar bahwa ada  ketidaksamaan intelektual yang bisa memicu perbedaan persepsi, penguasa melupakan prosedur komunikasi publik.

Dalam berbagai kasus di negara barat, kebijakan seringkali mengalami persoalan ketika hendak diputuskan. Sebagai contoh ketika Pemerintah Amerika hendak mensahkan US Affordable Care Act atau kita kenal dengan jargon Obamacare yang penuh dengan bahasa hukum.

Pemerintah AS menggunakan narasi untuk mengenalkan kepada publik. Narasi menjadi kunci utama untuk mengakses ke ruang publik yang heterogen.

Di negeri kita narasi bukan mahluk baru. Sebagai contoh narasi tentang kemacetan dan –lalu- polusi udara di ibukota digunakan untuk mengantarkan program Ganjil-genap jadi kebijakan pemerintah daerah. Disusul sosialisasi dan uji coba. Kendati tetap membuat sebagian orang ngedumel, namun kebijakan ini tak memicu kegeraman berujung demonstrasi.

Dalam soal membuat narasi biasanya kemudian diteruskan dengan cara berkomunikasi yang lebih intens dan mendalam. Berbagai literatur kebijakan publik dan perundangan, belakangan banyak memilih menggnakan metode storytelling untuk sosialisasi.

Sejauh pengamatan penulis, penentu dan pembuat kebijakan sangat minim melakukan proses ini. Sekalipun pada kebijakan Ganjil-Genap. Pendekatannya lebih ke perspektif hukum, ketimbang sosial, ekonomi atau perspektif lainnya. Kreativitas kurang “liar”, “nakal” dan membumi.

Membangun narasi dan storytelling, menurut berbagai sumber setidaknya diperlukan beberapa langkah.

Dimulai dengan memahami apa sebenarnya narasi itu termasuk bagian komponennya dan mengkonfigurasi bagian-bagian dengan cara memaksimalkan peluang kesuksesan. Selanjutnya?

Ceritakan Persoalan.

Pada tahap ini definiskan persoalan yang hendak diangkat. Batasi pada hal inti dan jangan berkembang kemana-mana yang menimbulkan bias. Kumpulkan informasi yang tersedia untuk mengalirkan narasi menjadi sebuah cerita.

Tentukan Elemen Terkait.

Di sini, mulailah memilah dan menetapkan elemen yang relevan dengan kebijakan. Bisa dengan menyertakan bukti-bukti dan fakta, kasus hukum maupun etika. Cari yang paling mendekati dengan peristiwa yang dirasakan oleh masyarakat.

Menetapkan Alur.

Lazimnya sebuah proses bercerita, tentukan plotnya. Menetapkan sebab dan akibat, apa yang mungkin akan terjadi, dampaknya akan seperti apa, hingga solusi dan berkehidupan bakal macam apa. Dengan begitu, publik akan lebih mudah memahami, mencerna dan memiliki persepsi atas sebuah kebijakan.

Siapa yang Terlibat.

Sebuah narasi yang disampaikan lewat storytelling memerlukan “aktor-aktor”-nya.  Narasi kebijakan yang baik memiliki korban yang dirugikan, “penjahat” yang menyebabkan kerusakan, dan “pahlawan” yang menjanjikan bantuan kepada para korban.

Tetapkan Moral Cerita

Moral adalah solusi untuk masalah kebijakan. Hal ini bisa datang dalam berbagai bentuk misalnya saja kebijakan, kesadaran, seruan untuk melakukan sesuatu.

Tidak peduli peraturan perundangan baru atau lama, proses sosialisasi dengan mengedepankan konten adalah cara paling masuk akal dalam melibatkan publik. Bukan hanya melakukan orasi atau diskusi yang kadang hanya terbatas di ruang-ruang akademis. Sebab, masyarakat kita berada di mana-mana.

Saluran atau kanal menyampaikan narasi dan bercerita itu kini sudah sangat terbuka dan didukung teknologi. Jadi tak ada alasan untuk tidak melakukan sosialisasi dengan cara yang lebih cerdas. (*)

RELATED ARTIKEL

Strategi Seasonal Content: Yakin Konten Kita Sudah Menarik?

29

Dec

Strategi Seasonal Content: Yakin Konten Kita Sudah Menarik?
Oleh : Muhammad Ilham Tri Setyo

Pernahkah kita merasa kehilangan arah dalam bisnis online? Konten menjadi kunci utama untuk mengembangkan bisnis di era digital. Tanpa konten, bisnis mungkin akan tenggelam dalam samudra informasi yang begitu padat.

Langkah Inovasi Produk: Pahami Jenis Strategi Diversifikasi Berikut ini!

27

Dec

Langkah Inovasi Produk: Pahami Jenis Strategi Diversifikasi Berikut ini!
Oleh : Muhammad Ilham Tri Setyo

Pertumbuhan bisnis tak terlepas dari pengembangan produk yang terus menerus. Dalam dunia bisnis yang kompetitif, strategi diversifikasi menjadi kunci untuk meraih keunggulan. Apa sajakah jenis-jenis diversifikasi produk yang dapat membuat produk semakin beragam dan kompetitif? Mari kita telusuri bersama.

Strategi Membangun Citra Merek Melalui Brand Communication yang Unik

21

Dec

Strategi Membangun Citra Merek Melalui Brand Communication yang Unik
Oleh : Muhammad Ilham Tri Setyo

Tahukah Kamu? Di era digital ini, media sosial dan iklan menjadi jendela utama bagi sebuah bisnis untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Namun, bagaimana kita bisa memastikan bahwa pesan yang disampaikan tidak hanya terdengar, tetapi juga membentuk citra positif yang tak terlupakan? Mari kita kupas lebih dalam tentang strategi membangun citra merek melalui brand communication yang unik.

Jejak Inovasi Konsep Marketing dari Era 1.0 hingga 6.0 Di Indonesia

18

Dec

Jejak Inovasi Konsep Marketing dari Era 1.0 hingga 6.0 Di Indonesia
Oleh : Muhammad Ilham Tri Setyo

Dulu, pemasaran hanya sebatas iklan di koran dan pesan langsung ke konsumen. Tapi, seperti kisah epik zaman modern, perjalanan pemasaran mengalami transformasi luar biasa. Dari Marketing 1.0 yang sederhana hingga Marketing 6.0 yang futuristik, setiap babak menandai evolusi bisnis mengikuti perubahan zaman. Ikuti jejak perjalanan konsep pemasaran dari dunia konvensional hingga era digital yang inovatif.

Menyambut Kemeriahan Kampanye 12.12 Birthday Sale Shopee: Mendukung Kemajuan UMKM dan Brand Lokal

17

Dec

Menyambut Kemeriahan Kampanye 12.12 Birthday Sale Shopee: Mendukung Kemajuan UMKM dan Brand Lokal
Oleh : Muhammad Ilham Tri Setyo

Dalam merayakan delapan tahun perjalanan yang gemilang, Shopee merayakannya dengan gemerlapnya kampanye 12.12 Birthday Sale. Sebuah perayaan yang bukan hanya sekedar pesta belanja, melainkan sebuah tonggak sejarah bagi ekosistem bisnis lokal. Dalam perayaan yang berlangsung, Shopee memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan UMKM dan brand lokal di Indonesia.

Brand Equity: Menjelajah Kisah Penuh Kekuatan!

13

Dec

Brand Equity: Menjelajah Kisah Penuh Kekuatan!
Oleh : Muhammad Ilham Tri Setyo

Dalam dunia bisnis yang penuh gejolak, ada kekuatan tak terlihat yang mampu mengangkat sebuah merek dari hiruk pikuk persaingan menjadi raja di hati konsumen. Di balik setiap produk atau layanan yang sukses, terdapat sebuah kisah yang menghidupkan brand equity—suatu kekayaan tak terlihat yang melampaui angka-angka dan grafik. Mari kita telusuri bagaimana brand equity tidak hanya menciptakan merek yang kuat tetapi juga merajut hubungan tak terlupakan dengan pelanggan.

CONTACT US

NEWSLETTER

DOWNLOAD

Menara Kompas
18th Floor, Palmerah Selatan
No. 21, Tanah Abang
Jakarta Pusat 10270

Email: contact @grid.co.id
Phone: +6221 53650110/11

Give Your Feedback

Your Name
Your Email
Your Phone
Subject
Your Message